untuk kawan yang berlelah hati
Jam sebelas malam
Berdentang sesuai kewajiban
Memperolokku dan waktuku
juga hidup dan perasaanku
juga hidup dan perasaanku
Hasratku menggarami
semangkuk luka
Mempertaukan aku kepada
kebukan-aku-anku
Jam sebelas malam,
Dentangnya menyatu dalam erangan hewan malam
Dentangnya menyatu dalam erangan hewan malam
Apakah kita tahu, mereka sedang pesta pora
Atau berduka, karena sesamanya mati pagi tadi
terinjak ban bulat yang menggilas tol waktu
Aku tidak tahu, apa mereka menggunjingkan kaumku
Atau berduka, karena sesamanya mati pagi tadi
terinjak ban bulat yang menggilas tol waktu
Aku tidak tahu, apa mereka menggunjingkan kaumku
Karena naluri hewannya meruncing hari-hari ini
Jam setengah dua belas malam,
berdentang halus, larut dalam anganku
Sadarlah aku bahwa tiap langkahku
menghantarku ke sebuah persimpangan baru
Selalu baru, entah dimana nanti ujungnya
Saat mata jadi lebar pupilnya
dan mungkin tangan ini akan merentangkan jemarinya
Karena aku ingin bertahan dan berjuang
berdentang halus, larut dalam anganku
Sadarlah aku bahwa tiap langkahku
menghantarku ke sebuah persimpangan baru
Selalu baru, entah dimana nanti ujungnya
Saat mata jadi lebar pupilnya
dan mungkin tangan ini akan merentangkan jemarinya
Karena aku ingin bertahan dan berjuang
Jam dua belas malam
Garam dalam semangkuk luka menguap
di dinding-dindingnya dia mengendap
Garam dalam semangkuk luka menguap
di dinding-dindingnya dia mengendap
Jam dua belas malam
garamnya menyerabut di lukaku
mengakar dan membuat epitel baru